Sumber yang sama menulis beita seputar maraknya wartawan di sekolah. Sejumlah kepala sekolah (kepsek) serta guru di Kabupaten Sukabumi dibuat resah dengan ulah tidak terpuji oleh orang-orang yang mengaku wartawan.Dengan berbagai dalih kegiatan, seperti kegiatan buka bersama dan THR, oknum wartawan tersebut tak segan-segan meminta bantuan uang kepada pihak sekolah.
Menurut pengakuan sejumlah kepsek yang terang-terangan kepada Radar mengatakan, oknum wartawan yang datang antara dua sampai empat orang itu hanya bermodalkan tanda pengenal. Mereka datang untuk wawancara pihak sekolah terkait beberapa bantuan yang diterima pihak sekolah seperti penggunaan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan bantuan lainnya.Dalam melakukan aksinya, para oknum wartawan itu tidak segan-segan meminta daftar alokasi dana BOS di sekolah yang dikunjunginya, dan juga sekaligus memeriksa berkas administrasi sekolah layaknya kerja seorang penyidik.
“Saya serahkan saja untuk dilihat dan dibuka-buka, apalagi manajemen pengelolaan dana di sekolah saya sangat terbuka. Tetapi setelah tidak menemukan apa-apa, mereka pamit seraya meminta uang bensin,” ujar Kepsek MTs Al-Husaeniyah, Salakopi Kecamatan Cicantayan, Tris Mardiansyah diruang kerjanya, kemarin.
Yang lebih menjengkelkan kata Tris, beberapa hari kemudian sekolahnya kembali didatangi wartawan lain. Cara kerja si wartawan itu, sama dengan tingkah laku oknum wartawan yang datang sebelumnya. Tris terpaksa harus kembali membuka berkas yang sama untuk kemudian diteliti oleh si wartawan itu.
Ujung-ujungnya, sang oknum wartawan dengan nada ramah akhirnya meminta sedikit imbalan dengan dalih hendak bepergian keluar kota seraya berjanji akan menjalin hubungan kerjasama dengan pihak sekolah jika sewaktu-waktu ada hal-hal yang memang harus disembunyikan. “Dia hanya menyodorkan kartu pers, lalu menyampaikan maksudnya meminta bantuan dari kami. Hari itu saya menyampaikan bahwa kami sedang tidak punya dana, namun dua hari kemudian, dia (oknum wartawan) kembali datang untuk meminta bantuan dari kami,”terangnya.
Hal yang sama juga dilontarkan seorang guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cibolangkaler Kecamatan Cisaat, Asep Saeful Kohar. Dengan modus tak jauh berbeda yakni melalui HP, oknum wartawan tersebut mendatangi rumahnya untuk mohon bantuan buat keperluan membiayai buka bersama.
“Pusing juga menghadapi mereka, tidak dilayani seolah-olah kita bersalah, tapi saat dibeberkan pengunaan anggaran yang kita keluarkan, ujung-ujungnya minta uang buat rokok,” imbuhnya.
Menanggapi masih maraknya aksi oknum wartawan, Ketua Sukabumi Jurnalis Forum (SJF), Fitriansyah Nachrowi menghimbau para kepsek dan guru agar berani melawan atau menolak segela bentuk perrmintaan dan pemerasan yang tidak ada dalam prosedur pengeluaran biaya pendidikan sekolah.Wartawan TVRI ini mengatakan, indikasi adanya sekelompok oknum wartawan yang merambah lembaga pendidikan di Kabupaten Sukabumi, itu merupakan fenomena lama yang memerlukan ketegasan dari semua pihak.
“Jika sudah menimbulkan keresahan, tentu hal ini tidak bisa dibiarkan. Tapi kita sangat berharap agar pengelola pendidikan juga berperilaku jujur dalam mengelola setiap dana anggaran pendidikan. Tidak perlu harus berbagi dengan pihak lain sehingga terkesan ada indikasi membangun kolusi,” ungkapnya.
Fitriansyah menambahkan, jika praktik ini terus meresahkan merambah lembaga pendidikan, organisasi pers harus proaktif untuk mengkampanyekan penolakan. Cara yang dilakukan adalah membangun kesepahaman dengan intansi terkait dan jajarannya untuk tujuan mensosilisasikan apa dan bagaimana pola kerja wartawan sebenarnya.
Menurut pengakuan sejumlah kepsek yang terang-terangan kepada Radar mengatakan, oknum wartawan yang datang antara dua sampai empat orang itu hanya bermodalkan tanda pengenal. Mereka datang untuk wawancara pihak sekolah terkait beberapa bantuan yang diterima pihak sekolah seperti penggunaan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) dan bantuan lainnya.Dalam melakukan aksinya, para oknum wartawan itu tidak segan-segan meminta daftar alokasi dana BOS di sekolah yang dikunjunginya, dan juga sekaligus memeriksa berkas administrasi sekolah layaknya kerja seorang penyidik.
“Saya serahkan saja untuk dilihat dan dibuka-buka, apalagi manajemen pengelolaan dana di sekolah saya sangat terbuka. Tetapi setelah tidak menemukan apa-apa, mereka pamit seraya meminta uang bensin,” ujar Kepsek MTs Al-Husaeniyah, Salakopi Kecamatan Cicantayan, Tris Mardiansyah diruang kerjanya, kemarin.
Yang lebih menjengkelkan kata Tris, beberapa hari kemudian sekolahnya kembali didatangi wartawan lain. Cara kerja si wartawan itu, sama dengan tingkah laku oknum wartawan yang datang sebelumnya. Tris terpaksa harus kembali membuka berkas yang sama untuk kemudian diteliti oleh si wartawan itu.
Ujung-ujungnya, sang oknum wartawan dengan nada ramah akhirnya meminta sedikit imbalan dengan dalih hendak bepergian keluar kota seraya berjanji akan menjalin hubungan kerjasama dengan pihak sekolah jika sewaktu-waktu ada hal-hal yang memang harus disembunyikan. “Dia hanya menyodorkan kartu pers, lalu menyampaikan maksudnya meminta bantuan dari kami. Hari itu saya menyampaikan bahwa kami sedang tidak punya dana, namun dua hari kemudian, dia (oknum wartawan) kembali datang untuk meminta bantuan dari kami,”terangnya.
Hal yang sama juga dilontarkan seorang guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cibolangkaler Kecamatan Cisaat, Asep Saeful Kohar. Dengan modus tak jauh berbeda yakni melalui HP, oknum wartawan tersebut mendatangi rumahnya untuk mohon bantuan buat keperluan membiayai buka bersama.
“Pusing juga menghadapi mereka, tidak dilayani seolah-olah kita bersalah, tapi saat dibeberkan pengunaan anggaran yang kita keluarkan, ujung-ujungnya minta uang buat rokok,” imbuhnya.
Menanggapi masih maraknya aksi oknum wartawan, Ketua Sukabumi Jurnalis Forum (SJF), Fitriansyah Nachrowi menghimbau para kepsek dan guru agar berani melawan atau menolak segela bentuk perrmintaan dan pemerasan yang tidak ada dalam prosedur pengeluaran biaya pendidikan sekolah.Wartawan TVRI ini mengatakan, indikasi adanya sekelompok oknum wartawan yang merambah lembaga pendidikan di Kabupaten Sukabumi, itu merupakan fenomena lama yang memerlukan ketegasan dari semua pihak.
“Jika sudah menimbulkan keresahan, tentu hal ini tidak bisa dibiarkan. Tapi kita sangat berharap agar pengelola pendidikan juga berperilaku jujur dalam mengelola setiap dana anggaran pendidikan. Tidak perlu harus berbagi dengan pihak lain sehingga terkesan ada indikasi membangun kolusi,” ungkapnya.
Fitriansyah menambahkan, jika praktik ini terus meresahkan merambah lembaga pendidikan, organisasi pers harus proaktif untuk mengkampanyekan penolakan. Cara yang dilakukan adalah membangun kesepahaman dengan intansi terkait dan jajarannya untuk tujuan mensosilisasikan apa dan bagaimana pola kerja wartawan sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu partisipasinya