Masyarakat diminta tak terlalu risau dengan adanya potensi perbedaan lebaran pada tahun ini. Menurut Kepala Badan Hisab dan Rukyah Kementerian Agama, Muhyidin Khazin, kemungkinan hari raya Idul Fitri tidak serentak tahun ini memang ada. Demikian yang ditulis oleh tempo.
”Tapi semua harus disikapi dewasa. Kalau masyarakat bingung, tunggu saja ketetapan pemerintah nanti pada pada sidang isbat 29 Agustus,” kata Muhyidin, Sabtu 27 Agustus 2011.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Falak Indonesia, Ahmad Izzuddin, memperkirakan Idul Fitri tahun ini akan dirayakan pada hari berbeda. Soalnya, pada 30 Agustus 2011, ketinggian hilal (bulan) berada di bawah 2 derajat sehingga sulit dilihat. Menurut dia, itu berpotensi menimbulkan perbedaan penentuan tanggal 1 Syawal.
Muhammadiyah, yang mengandalkan metode hisab (perhitungan), memang menetapkan 1 Syawal jatuh pada 30 Agustus. Namun, Nahdlatul Ulama masih memakai metode rukyat (melihat bulan). Penganut metode rukyat kemungkinan besar akan menyempurnakan puasa sampai 30 hari sehingga 1 Syawal jatuh pada 31 Agustus.
Izzuddin menambahkan, berdasarkan perhitungan hisab hakiki yang diakui keakuratannya, ijtima (konjungsi matahari dan bulan) akhir Ramadan 1432 terjadi pada Senin Wage, 29 Agustus 2011, pukul 10.04 WIB. Saat matahari terbenam pukul 17.54.26 WIB, ketinggian hilal untuk wilayah Sabang sampai Merauke masih di bawah 2 derajat.
Melihat data tersebut, kata Izzuddin, posisi hilal tergolong rawan. Muhammadiyah akan menetapkan 1 Syawal 1432 pada Selasa Kliwon, 30 Agustus 2011 karena hilal sudah ada yang di atas ufuk. Sebaliknya, Nahdlatul Ulama harus menunggu hasil rukyat pada Senin Wage, 29 Agustus 2011.
Muhyidin mengimbuhkan, kendati Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Syawal, sementara Nahdhatul Ulama (NU) belum karena menunggu hasil rukyah, menurut dia pemerintah tetap akan menunggu hasil sidang isbat. Pemerintah mengajak semua organisasi masyarakat itu menggelar lebaran bersama-sama.”Itu kalau bisa. Tapi kalau tidak, ya tidak apa-apa, mereka punya alasan,” kata dia.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan jika 1 Syawal 1432 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri 2011 jatuh pada 30 Agustus 2011. Keputusan itu berdasar metode hisab hakiki atau perhitungan yang dilakukan oleh majelis tarjih. Dengan tampaknya hilal ini, kata dia, pada 30 Agustus 2011 umat muslim - khususnya warga Muhammadiyah, harus mengakhiri puasa Ramadhan.
Ihwal penetapan lebaran ini juga memantik komentar sejumlah astronom di Bandung. Mereka juga berkeyakinan hilal baru terlihat jelas pada 30 Agustus petang. Peneliti bidang matahari dan antariksa Lapan-Bandung, Abdul Rachman, misalnya, menyatakan pada 29 Agustus posisi hilal masih di bawah 2 derajat. Jika patokannya adalah hilal minimal 2 derajat, Idul Fitri ada kemungkinan jatuh pada 31 Agustus 2011.
”Tapi semua harus disikapi dewasa. Kalau masyarakat bingung, tunggu saja ketetapan pemerintah nanti pada pada sidang isbat 29 Agustus,” kata Muhyidin, Sabtu 27 Agustus 2011.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Falak Indonesia, Ahmad Izzuddin, memperkirakan Idul Fitri tahun ini akan dirayakan pada hari berbeda. Soalnya, pada 30 Agustus 2011, ketinggian hilal (bulan) berada di bawah 2 derajat sehingga sulit dilihat. Menurut dia, itu berpotensi menimbulkan perbedaan penentuan tanggal 1 Syawal.
Muhammadiyah, yang mengandalkan metode hisab (perhitungan), memang menetapkan 1 Syawal jatuh pada 30 Agustus. Namun, Nahdlatul Ulama masih memakai metode rukyat (melihat bulan). Penganut metode rukyat kemungkinan besar akan menyempurnakan puasa sampai 30 hari sehingga 1 Syawal jatuh pada 31 Agustus.
Izzuddin menambahkan, berdasarkan perhitungan hisab hakiki yang diakui keakuratannya, ijtima (konjungsi matahari dan bulan) akhir Ramadan 1432 terjadi pada Senin Wage, 29 Agustus 2011, pukul 10.04 WIB. Saat matahari terbenam pukul 17.54.26 WIB, ketinggian hilal untuk wilayah Sabang sampai Merauke masih di bawah 2 derajat.
Melihat data tersebut, kata Izzuddin, posisi hilal tergolong rawan. Muhammadiyah akan menetapkan 1 Syawal 1432 pada Selasa Kliwon, 30 Agustus 2011 karena hilal sudah ada yang di atas ufuk. Sebaliknya, Nahdlatul Ulama harus menunggu hasil rukyat pada Senin Wage, 29 Agustus 2011.
Muhyidin mengimbuhkan, kendati Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Syawal, sementara Nahdhatul Ulama (NU) belum karena menunggu hasil rukyah, menurut dia pemerintah tetap akan menunggu hasil sidang isbat. Pemerintah mengajak semua organisasi masyarakat itu menggelar lebaran bersama-sama.”Itu kalau bisa. Tapi kalau tidak, ya tidak apa-apa, mereka punya alasan,” kata dia.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan jika 1 Syawal 1432 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri 2011 jatuh pada 30 Agustus 2011. Keputusan itu berdasar metode hisab hakiki atau perhitungan yang dilakukan oleh majelis tarjih. Dengan tampaknya hilal ini, kata dia, pada 30 Agustus 2011 umat muslim - khususnya warga Muhammadiyah, harus mengakhiri puasa Ramadhan.
Ihwal penetapan lebaran ini juga memantik komentar sejumlah astronom di Bandung. Mereka juga berkeyakinan hilal baru terlihat jelas pada 30 Agustus petang. Peneliti bidang matahari dan antariksa Lapan-Bandung, Abdul Rachman, misalnya, menyatakan pada 29 Agustus posisi hilal masih di bawah 2 derajat. Jika patokannya adalah hilal minimal 2 derajat, Idul Fitri ada kemungkinan jatuh pada 31 Agustus 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu partisipasinya