Dari harian jurnalbogor menulis, siapa sangka seorang bocah kampungan asal Sukabumi bisa berlaga di Stadion San Siro markasnya klub AC Milan Italia. Jangankan untuk bermain sepakbola, nonton laga pertandingan klub yang dihuni pemain terbaik dunia tahun 2005, Ronaldinho ini pun tampaknya hanya sekedar mimpi. Namun hal itu tidak berlaku bagi Eriyanto, bocah asal Kampung Citajur Gulingjawa RT 01/24 Desa Nagrak Utara Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi.
ABG berusia 14 tahun ini sukses mewujudkan impiannya masuk ke arena stadion yang menjadi kandang AC Milan. Bahkan Eriyanto justru mendapat kesempatan terbaik dalam hidupnya untuk bermain sepakbola di stadion berkapasitas sekitar 82.955 kursi penonton ini. Padahal pengalaman itu tidak pernah dirasakan para pemain tim nasional Indonesia yang sudah senior.
Eriyanto bisa menembus Stadion San Siro berkat keuletannya menekuni permainan sepakbola. Bakat Eriyanto mulai berkembang setelah masuk Akademi Sepakbola Maradona Sukabumi (AS Maras) yang dilatih mantan pemain Kramayudha Tiga Berlian, Arif Hidayat. Dari situlah kepiawaian Eriyanto dalam memainkan si kulit bundar semakin mengalami perkembangan.
Selama hampir dua tahun mendapat gemblengan sekolah sepakbola tesebut, Eriyanto mendapat kesempatan ikut seleksi pemilihan pemain Indonesia yang akan diberangkatkan ke kejuaraan Milan Junior Camp di Italia. Dari jutaan anak Indonesia yang mendambakan masuk tim ini, hanya 17 pemain junior terbaik Indonesia yang dinyatakan lolos seleksi. Proses seleksi dilakukan tanpa unsur nepotisme karena langsung ditangani mantan pemain AC Milan, Franco Barresi. Sebelum berangkat ke Milan Italia, ke-17 pemain Milan Junior Camp Indonesia sempat dilatih selama beberapa pekan di Jakarta dan Bali. Mereka mendapat program latihan kelas dunia untuk menghadapi kejuaraan All Star Team Challenge AC Milan Junior Camp yang diikuti sejumlah negara Eropa dan Amerika. Hasilnya, tim Milan Junior Camp Indonesia tampil sebagai juara setelah mengalahkan tim asal Italia dengan skor 1 – 0.
Tidak hanya sukses membawa tropi juara, Eriyanto yang dipercaya sebagai kapten tim kesebelasan Indonesia dinobatkan sebagai Best Captain. Sukses Eriyanto diraih berkat penampilan tim Indonesia yang tidak pernah terkalahkan di kejuaraan tersebut. Bahkan Eriyanto yang ditempatkan sebagai center back sempat menyumbang sebuah gol saat pertandingan babak penyisihan. Prestasi spektakuler yang diraih Eriyanto di Kejuaraan Millan Junior Camp ternyata tidak menjadikannya sombong. Justru dia merasa termotivasi untuk berlatih sepakbola agar bisa menjadi seorang pemain profesional. Sebab dia punya target empat tahun mendatang akan bisa bergabung ke dalam sebuah klub yang bisa memberikan bayaran cukup ideal.
”Saya bermain sepakbola sejak masih duduk di bangku SD. Tetapi saya tidak memiliki sepatu sepakbola. Saya berusaha mengumpulkan uang dengan cara menjual kayu bakar. Uang yang saya kumpulkan akhirnya bisa membeli sepatu sepakbola. Berkat inilah saya akhirnya bisa bermain di Stadion San Siro yang tidak pernah saya impikan sebelumnya,” kata Eriyanto dalam perbincanganannya dengan Jurnal Bogor, kemarin.
ABG berusia 14 tahun ini sukses mewujudkan impiannya masuk ke arena stadion yang menjadi kandang AC Milan. Bahkan Eriyanto justru mendapat kesempatan terbaik dalam hidupnya untuk bermain sepakbola di stadion berkapasitas sekitar 82.955 kursi penonton ini. Padahal pengalaman itu tidak pernah dirasakan para pemain tim nasional Indonesia yang sudah senior.
Eriyanto bisa menembus Stadion San Siro berkat keuletannya menekuni permainan sepakbola. Bakat Eriyanto mulai berkembang setelah masuk Akademi Sepakbola Maradona Sukabumi (AS Maras) yang dilatih mantan pemain Kramayudha Tiga Berlian, Arif Hidayat. Dari situlah kepiawaian Eriyanto dalam memainkan si kulit bundar semakin mengalami perkembangan.
Selama hampir dua tahun mendapat gemblengan sekolah sepakbola tesebut, Eriyanto mendapat kesempatan ikut seleksi pemilihan pemain Indonesia yang akan diberangkatkan ke kejuaraan Milan Junior Camp di Italia. Dari jutaan anak Indonesia yang mendambakan masuk tim ini, hanya 17 pemain junior terbaik Indonesia yang dinyatakan lolos seleksi. Proses seleksi dilakukan tanpa unsur nepotisme karena langsung ditangani mantan pemain AC Milan, Franco Barresi. Sebelum berangkat ke Milan Italia, ke-17 pemain Milan Junior Camp Indonesia sempat dilatih selama beberapa pekan di Jakarta dan Bali. Mereka mendapat program latihan kelas dunia untuk menghadapi kejuaraan All Star Team Challenge AC Milan Junior Camp yang diikuti sejumlah negara Eropa dan Amerika. Hasilnya, tim Milan Junior Camp Indonesia tampil sebagai juara setelah mengalahkan tim asal Italia dengan skor 1 – 0.
Tidak hanya sukses membawa tropi juara, Eriyanto yang dipercaya sebagai kapten tim kesebelasan Indonesia dinobatkan sebagai Best Captain. Sukses Eriyanto diraih berkat penampilan tim Indonesia yang tidak pernah terkalahkan di kejuaraan tersebut. Bahkan Eriyanto yang ditempatkan sebagai center back sempat menyumbang sebuah gol saat pertandingan babak penyisihan. Prestasi spektakuler yang diraih Eriyanto di Kejuaraan Millan Junior Camp ternyata tidak menjadikannya sombong. Justru dia merasa termotivasi untuk berlatih sepakbola agar bisa menjadi seorang pemain profesional. Sebab dia punya target empat tahun mendatang akan bisa bergabung ke dalam sebuah klub yang bisa memberikan bayaran cukup ideal.
”Saya bermain sepakbola sejak masih duduk di bangku SD. Tetapi saya tidak memiliki sepatu sepakbola. Saya berusaha mengumpulkan uang dengan cara menjual kayu bakar. Uang yang saya kumpulkan akhirnya bisa membeli sepatu sepakbola. Berkat inilah saya akhirnya bisa bermain di Stadion San Siro yang tidak pernah saya impikan sebelumnya,” kata Eriyanto dalam perbincanganannya dengan Jurnal Bogor, kemarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu partisipasinya