Rakyat Kenya menyambut gembira ketika Presiden Uhuru Kenyatta memerintahkan penghapusan biaya melahirkan buat ibu yang bersalin di rumah sakit pemerintah. Namun kebahagiaan itu berumur pendek saat rakyat menyadari tantangan yang dihadapi.
Kenyatta mengumumkan pemerintahnya membebaskan biaya melahirkan pada Hari Kemerdekaan Kenya, 1 Juni tahun ini.
Sementara itu warga, meskipun memujinya sebagai gagasan mulia pemerintah, menyatakan itu hanya menghilangkan bagian atas masalah yang lebih besar yang berkaitan dengan kelahiran, terutama di daerah terpencil wilayah Kenya Timur-laut.
"Biaya melahirkan bukan satu-satunya tantangan yang dihadapi para ibu selama melahirkan. Tingginya angka kematian telah menjadi sumber keprihatinan dan ancaman utama bagi perempuan saat melahirkan," kata Mohamed Ibrahim, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Provinsi Garissa (PGH).
Data statistik PGH memperlihatkan hanya lima persen penduduk di wilayah Kenya Timur-laut memiliki akses ke fasilitas kesehatan untuk melahirkan, demikian laporan Xinhua.
Sisa 95 persen mengandalkan cara melahirkan secara tradisional sebagai satu-satunya harapan mereka dalam memastikan kelahiran yang aman buat ibu dan anak.
Satu laporan 2010 memperlihatkan antara 1.000 dan 1.200 perempuan meninggal selama melahirkan per 100.000 kelahiran di Kenya Utara, yang paling tinggi dalam angka kematian anak dibandingkan dengan wilayah lain di negeri tersebut.
Itu, menurut Ibrahim, menimbulkan tantangan untuk mewujudkan sasaran pembangunan PBB mengenai pengurangan kematian sampai 75 persen paling lambat pada 2015.
"Angka ini sama sekali tak bisa diterima. Dan alasan utamanya ialah perempuan memiliki sedikit atau tak memiliki akses ke fasilitas perawatan kesehatan akibat jauhnya jarak yang harus ditempuh ke akses fasilitas kesehatan. Sebagian lagi mundur cuma gara-gara mereka tak bisa membayar layanan kesehatan dan kadangkala itu terjadi cuma karena sikap tak peduli mereka," kata Pengawas Medis di PGH Musa Mohamed.
Ketika berbicara dalam wawancara dengan Xinhua dikutip Antara, pengawas itu mengatakan tingginya angka kematian di Provinsi Kenya Timur-laut dapat dikurangi secara drastis jika perempuan mencari bantuan saat melahirkan dari profesional medis yang terlatih.
Amina Mohamed, seorang warga di satu desa terpencil di Garissa yang disebut Bula Skedek, mengatakan sebagian fasilitas kesehatan terutama di daerah yang jauh terpencil, tak bisa diakses dan moda angkutan pun belum sempurna.
"Saya sendiri dipaksa melahirkan di pinggir jalan sementara kendaraan yang datang dan membawa saya ke rumah sakit terlambat lima jam. Ini terjadi sebab jalan buruk ke desa saya --yang berjarak 200 kilometer dari Kota kecil Garissa," kata Amina Mohamed, ibu delapan anak.
Sumber hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu partisipasinya