Perjuangan pemekaran Sukabumi semakin
menjadi polemik paska tidak terproses dalam RUU daerah otonom baru (DOB)
di tingkat pusat. Warga Kecamatan Cicurug yang menjadi cikal bakal
wacana ini muncul, menganggap bahwa pemerintah hanya bisa memberi
janji-janji palsu.
“Bayangkan saja, 30 tahun warga menunggu
dalam ketidakpastian. Saya sering mengelus dada ketika pemekaran
Sukabumi dimentahkan berkali-kali,” ujar Wahendra, salah seorang
masyarakat Cicurug kemarin.
Menanggapi kegagalan tersebut,
masyarakat memang merasa perlu menarik pertangungjawaban. Apalagi
bersinggungan dengan hilangnya uang negara yang digunakan untuk
pemekaran yang tak pernah terwujud. “Hal itu cukup melukai para elemen
atau organisasi pejuang pemekaran. Demikian pula dengan kami sebagai
masyarakat. Sebab pemekaran ini memang dibutuhkan,” ungkap pensiunan PNS
itu.
Menurutnya, Sukabumi Utara sudah saatnya
menjadi kabupaten baru. Alasannya sudah jelas kini jangkauan
pemerintahan untuk daerah seluas ini tidak akan terakomodir. Imbasnya
saat ini pembangunan tidak merata. Sebab dengan kemampuan daerah yang
tidak bertambah tetapi kebutuhan mesti terbagi ke setiap pelosok pelosok
wilayah.
” Saya orang awam saja bisa berpikir
jika Sukabumi selatan dan utara dipisahkan maka PAD masing-masing daerah
akan dialokasikan ke wilayah teoterialnya. Jadi segala bidang akan
maju. Selatan itu kan kaya kandungan buminya, jadi jangan takut
ditinggal utara. Demikian pula dengan utara jika mekar akan menjadi
daerah mandiri sebab saat ini saja potensi daerah sudah siap,” paparnya.
Sama halnya dengan pengamat pemekaran
lainya, Suhendra. Dirinya mengaku mengetahui proses panjang pemekaran
sejak kepemerintahan Bupati Anwari. “Pemekaran ini selalu gagal sebab
pemerintahnya tidak pernah serius,” cetusnya.
Di tempat terpisah, Asda I Pemerintah
Kabupaten Sukabumi, Sofyan Effendi menyebut jika anggaran yang selama
ini digunakan untuk mengawal proses Pemekaran Kabupaten Sukabumi, setiap
tahun selalu diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Hal ini ditegaskan Sopyan untuk menjawab
pertanyaan sejumlah pihak yang mempertanyakan pengunaan anggaran
pemekaran.”Anggaran pemekaran setiap tahunnya selalu diperiksa tim BPK.
Tim presidium juga pasti mengetahuinya,” ujar Sopyan, kemarin.
Di sini Sofyan justru balik bertanya
kepada Presidium Pemekaran yang terkesan lempar batu sembunyi tangan
soal anggaran yang telah dihibahkan kepada mereka.”Silahkan tanya juga
ke mereka, sejauhmana pertanggung jawaban dana untuk proses
pemekaran,”imbuhnya.
Sebelumnya saat diwawancara Radar,
Sekretaris Umum Presedium Pemekaran Kabupaten Sukabumi Rusli Siregar
mendukung penuh rencana organisasi kemahasiswaan menggugat pemerintah
dan mendorong KPK mengusut pengalokasian duit pemekaran yang tak jelas.
“Proses pemekaran sampai ke KPK ini menarik juga. Jadi sah-sah saja
banyak yang berpandangan dari sisi lain dari kegagalan rencana ini.
Dasarnya memang saya akui, banyak uang yang sudah digelontorkan tetapi
hasil kerjanya nol. Ini sebenarnya adalah bentuk kekecewaan yang perlu
ditanggapi positif,” jelasnya.
Rusli menegaskan semua pihak mesti
mengerti lolosnya satu daerah menuju pemekaran memang bukan hal yang
mudah dilakukan. Perlu waktu terutama mahalnya anggaran. “Tapi untuk
Sukabumi ini lain. Kita ditopang anggaran tapi dorongan dari legislatif
dan eksekutifnya kurang menggigit. Bisa dikatakan bupatinya pun setengah
hati,” tegasnya.
Menurutnya, memang saat ini Sukabumi
tertinggal dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) mengenai
Daerah Otonomi Baru (DOB). RUU sendiri menjadi pintu terakhir berhasil
tidaknya suatu daerah dimekarkan. Rusli merasa aneh dengan perilaku
pemerintah Sukabumi yang seakan kaget ketika mendengar informasi
gagalnya KSU dalam pembahasan RUU. Padahal, hal itu sudah berkali-kali
terjadi. “Harusnya ketika tidak masuk prolegnas, pemerintah berpikir di
mana kekurangannya. Bukan hanya bisa terkaget-kaget saja tapi tidak ada
tindaklanjutnya,” kritiknya.
Sumber : radarsukabumi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ditunggu partisipasinya